Visualindonesia.com,-
Dalam sunyi yang menyimpan gema masa lalu, layar lebar Indonesia kembali dibuka oleh kisah kelam dari negeri jiran. Film horor Malaysia, “Syetan Munafik” akhirnya resmi tayang di Indonesia, membawa aroma tragedi, misteri lintas dimensi, dan jejak emosional almarhum Ashraf Sinclair, aktor lintas negara yang namanya lekat di hati penonton Asia Tenggara.
Diproduksi beberapa waktu lalu, “Syetan Munafik”baru mendapat distribusi resmi di Tanah Air melalui kerja sama UNC Internasional Indonesia dengan PT Edar Nuansa Cinema (ENC) sebagai distributor.
Kehadiran film ini bukan sekadar menambah daftar tontonan horor, tetapi juga menjadi momentum penting bagi kolaborasi perfilman Malaysia–Indonesia yang kian intens dalam beberapa tahun terakhir.
Mengusung genre horor tragedi, “Syetan Munafik” mengajak penonton menelusuri sebuah peristiwa misterius yang bermula pada 25 tahun silam. Cerita berfokus pada hilangnya sekelompok pelajar yang dilaporkan tersesat ke sebuah alam fantasi berdimensi gelap, sebuah dunia terlarang yang hanya menampakkan diri kepada mereka yang melanggar batas tertentu, baik secara sadar maupun tidak.

Dimensi tersebut digambarkan sebagai ruang penuh teror psikologis, di mana suara-suara ganjil, bayangan yang bergerak tanpa wujud jelas, serta kehadiran makhluk halus menciptakan rasa tidak aman yang terus menghantui.
Alih-alih mengandalkan kejutan semata, film ini memilih membangun ketegangan secara perlahan, membuat rasa takut tumbuh dari atmosfer dan konflik batin para tokohnya.
Kekuatan “Syetan Munafik” juga terletak pada jajaran pemain lintas negara yang solid. Selain penampilan Ashraf Sinclair yang menjadi daya tarik emosional tersendiri, film ini dibintangi aktor senior Malaysia seperti Zila Bakarin, Ruminah Sidek, Dato’ Jalaludin Hassan, Faizal Husin, dan Linda Hashim.
Dari Indonesia, hadir Dea Lestari dan Tessa Mariska yang memperkuat nuansa kolaboratif film ini.
Distribusi film di Indonesia ditangani oleh PT Edar Nuansa Cinema (ENC), perusahaan yang dikenal konsisten membawa film-film Asia Tenggara ke pasar nasional. Di bawah kepemimpinan Komisaris Toto Soegriwo dan Direktur Teddy Prangi, ENC menempatkan “Syetan Munafik” sebagai bagian dari upaya memperluas ragam tontonan horor regional bagi penonton Indonesia.
Produser film, Dato’ Mohd Rusdi bin Shair, menegaskan bahwa kolaborasi lintas negara ini bukan sekadar proyek bisnis, melainkan strategi jangka panjang untuk memperkuat ekosistem perfilman Asia Tenggara.
Menurutnya, kerja sama kreatif antara Malaysia dan Indonesia menjadi jembatan penting dalam pertukaran ide, talenta, dan karakter cerita yang dekat dengan budaya penonton regional.
Dengan kisah misteri yang berakar pada trauma masa lalu, atmosfer horor psikologis yang pekat, serta nilai emosional dari penampilan terakhir Ashraf Sinclair dalam proyek lintas negara, “Syetan Munafik” diharapkan mampu menarik perhatian penikmat film horor Indonesia sekaligus menegaskan posisi film Asia Tenggara sebagai kekuatan yang kian diperhitungkan di layar lebar.
(*/cia; foto: ist/mm






