Wregas Bhanuteja Bawa ‘Para Perasuk’ ke World Premiere Bergengsi Sundance

by -

Visualindonesia.com,-

Industri perfilman Indonesia kembali mencatat tonggak penting setelah film terbaru karya Wregas Bhanuteja, “Para Perasuk”, diumumkan resmi melangsungkan world premiere di Sundance International Film Festival 2026.

Film produksi Rekata Studio ini juga masuk World Cinema Dramatic Competition, salah satu kompetisi paling prestisius di Sundance, sebuah momentum yang semakin menguatkan posisi film Indonesia di panggung global.

Dibintangi jajaran aktor A-list seperti Angga Yunanda, Maudy Ayunda, Bryan Domani, dan Chicco Kurniawan, film ini juga menghadirkan kejutan dengan keterlibatan Anggun, yang untuk pertama kalinya bermain dalam film panjang Indonesia.

“Segera tayang di Indonesia,” demikian pernyataan resmi Rekata Studio.

Setelah kesuksesan “Penyalin Cahaya” (2021) dan “Budi Pekerti” (2023), Wregas kembali menghadirkan karya ketiganya dalam bentuk drama supranatural yang memadukan unsur fantasi, psikologis, dan lintas seni.

Naskah film ditulis bersama Alicia Angelina dan Defi Mahendra, sementara produksi melibatkan kolaborasi empat negara: Indonesia, Singapura, Prancis, dan Taiwan, dengan produser Siera Tamihardja, Iman Usman, dan Amalia Rusdi.

“Para Perasuk” bercerita tentang Bayu (Angga Yunanda), pemuda dari desa fiktif Latas yang bercita-cita menjadi perasuk andal. Desa tersebut dikenal dengan tradisi pesta kerasukan, ritual turun-temurun yang menjadi hiburan sekaligus bagian dari identitas masyarakat.

Konflik bermula ketika mata air suci tempat para perasuk mencari roh terancam punah, memaksa Bayu memimpin pesta kerasukan terbesar demi menyelamatkan sumber kehidupan desa.

Dalam prosesnya, Bayu menemukan bahwa ambisi dan ritual bukanlah segalanya. Perjalanan ini membuka lapisan personal tentang identitas, tanggung jawab, dan hubungan manusia dengan tradisi yang diwariskan.

Cerita ini lahir dari eksplorasi Wregas atas fenomena kerasukan di berbagai daerah Indonesia yang ingin ia tampilkan lewat sudut pandang humanis.

“Biasanya kerasukan dianggap menakutkan. Di film ini, saya ingin menunjukkan sisi kemanusiaan para pelakunya,” kata Wregas.

Ia menegaskan bahwa meski latarnya fiktif, tradisi seperti ini hadir di banyak wilayah Indonesia bahkan dunia, sehingga kisahnya dapat diterima secara universal.

Angga Yunanda yang sebelumnya bekerja sama dengan Wregas dalam Budi Pekerti kembali dipilih karena kedisiplinan dan perkembangan aktingnya.

“Saya diajak mengeksplorasi sisi yang belum pernah saya lakukan sebelumnya. Bekerja dengan para pemain lain yang sangat berdedikasi adalah pengalaman berharga,” ujar Angga.

Sundance International Film Festival, yang telah berlangsung sejak 1978, dikenal sebagai festival film independen terbesar di dunia. Tahun 2026, festival digelar pada 22 Januari–1 Februari dan menyeleksi 16.201 film dari 164 negara, termasuk 2.579 film panjang internasional. “Para Perasuk” menjadi satu dari 10 film yang masuk kompetisi utama.

Sebelumnya, film ini telah meraih CJ ENM Award di Asian Project Market dalam rangkaian Busan International Film Festival (BIFF) 2024.

Wregas sendiri bukan nama baru di Sundance — film pendeknya, “Tak Ada yang Gila di Kota Ini”, berkompetisi pada 2020. Kini, lewat “Para Perasuk”, Wregas kembali mengukuhkan posisinya sebagai salah satu sutradara Indonesia yang diperhitungkan di kancah dunia.

(*/cia; foto: ist

Leave a Reply

No More Posts Available.

No more pages to load.